Nabi Musa
A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang
pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan
zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah
beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan
dengan puteri Nabi Syu'aib iaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi
Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah
diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi
diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi
Khidhir. Dalam bak ini juga ada diceritakan tentang perlibatan beberapa
orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :~
Para ahli
tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mentua Nabi Musa. Sebahagia
besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan
sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia
adalah orang lain iaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya
Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Beberapa
Kisah Kehidupan Nabi Musa
1. Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi
Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan
dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam
ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka,
terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan
bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa
tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam
rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila
berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena
ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar
rumah mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada
taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah
oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh
seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan
memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan
dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh
kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki
yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar
diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi
lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka
dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap
rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi
perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun
menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya
setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya
telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang
masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt
dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud
dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun
besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau
mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang
kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah
tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang
justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi
kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat
kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di
antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing
dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk
seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan
yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam
kandungannya itu.
Bidan dtg
dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam
keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka
hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang
melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah
lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa
bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia
mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa
pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu
serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi
yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan
kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang
dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan
bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di
dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang
berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh
bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin
akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai
salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap
jaminan Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah
ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air
sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan
mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi
perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah
cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang
diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi
sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke
dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang
segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi
kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka
rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan
menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang
bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas
permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya
berkata kepada isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi yang
diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan
membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun
yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu
dan manis itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak
berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia
sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi
kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan
kesayangmu". Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu
maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah
nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi
rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga
Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat
ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa
inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang
mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut
dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari
sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa
menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal
keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah
keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga
yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt
menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran
kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah
dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang
bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu
dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya,
untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka
dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan
menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya
ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak
raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai
dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai
Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4
hingga ayat 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka
bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas
segolongan dari mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada
orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk
pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan
Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami perlihatkan
kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka
khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu
Musa,"susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka
jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan
janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya {salah seorang} dari para
rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya ia
menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman
berserta tenteranya adalah orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah
isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia
menjadi anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan
hait ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk
orang-orang yang percaya {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu
Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan
olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami
cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang nahu
menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu
aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu
dan mrk dpt berlaku baik kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa
kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia
mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia
kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qashash : 4 ~ 13 }
2. Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa
hidup sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia
dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan
tradisi istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai
persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di
samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah
kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa
mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan
tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia
adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan
sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada
dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi
pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan
keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia
kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu
peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar
dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di
sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika
penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari
golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun
bernama Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan
pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu,
segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika
itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena
tumbukannya yang tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan
membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon
ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah
seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa
matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan
yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan
perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat
, bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh
pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang
sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi,
walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa
cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat
perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah
malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari
kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia
terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan
namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi
dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan
berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun.
Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa
menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: "
Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri menyangkal
bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah
Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau
telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang
yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan
kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang
dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang
mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir,
yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai
balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi
orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki
slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan
kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para
penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap.
lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota
polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, ada terdapat dalam al-Quran yang boleh
di baca di dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 sehingga ayat 21
sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami
berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota
{Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam
kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari
golongannya {Bani Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum
Fir'aun}. Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya
untuk mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah
musuhnya itu. Musa berkta; "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
{permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku". Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan
kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang
yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut
menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang
meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta pertolongan kepadanya.
Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang
sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang
dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp
mereka}: "Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku,
sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak
bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di
negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari
orang yang mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki
dari hujung kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya
pembesar negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu
keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
memberi nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan
rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
3. Musa bertemu Jodoh di Kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari
segala tipu daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota
Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan
selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada
Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena
meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah
dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam
dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak
kakinya, tibalah Musa di kota Madyan iaitu kota Nabi Syu'aib yang
terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa
beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa
letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena
nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang
menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus
pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak
mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan
demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak
mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya
masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua
orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada
ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan
tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang
sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang
kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil
air dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak
dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka
selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri
pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat
berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah
kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan
sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh
sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para
pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada
ayah mrk tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena
pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke
rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik
dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang
baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua
puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh
salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan
mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih
berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar
Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan
memerlukan kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah
gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan
kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi
engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami
dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada
mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan
gadis itu dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang
menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh
ramah-tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.
Dalam
berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis
yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang
terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan
keluar meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan
yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah
lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah
berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di
sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah
dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam
pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu
yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan
rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan
jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus
serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam
hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa
sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai
ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga
dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi
perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang
memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di
rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab
sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa
diminta.
Diajaklah
Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa!
Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta
akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini
kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku
ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan
salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati
menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau
bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan
kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat
berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah
dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya
dan berada di negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada
sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan
yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang
memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan
dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata
kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan
menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik
yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan
penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu,
suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai
maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang
hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib
ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan
puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan
diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor
kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai
suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda
terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,
penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi
hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalm ayat 22
sehingga ayat 28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai
berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa
{lagi}: "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan
tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia
menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang
menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat
begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan
{ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut
umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong}
keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya
Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau
turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang
daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya
bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum
{ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan
menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata:
"Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim
itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil
ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang
yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: "
Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari
kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan
jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku
tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah {perjanjian}
antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku
sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan
Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
4. Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak
ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama
bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air,
tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan
hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang
mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada
di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah
dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya
dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri
Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan
menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan
bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak
diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di
"Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah
yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar
api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari
ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya: "Tinggallah kamu
disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu
dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita
kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api
bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara
seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang
sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang
didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang
suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan
Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa
sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah
sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan
bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi
bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan
untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah
Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu
hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari
apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya
yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku
pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula
menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting
bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu
baru dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan
kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah
menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan
Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan
jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asal." Maka
begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia
segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya
ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa
agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya
perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau
penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9
sehingga 23 juz 16 sebagai berikut:~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu
melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di
sini} sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa
sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat
api itu." 11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil:
"Hai Musa, 12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah
kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa.
13.~ Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk
mengingati Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku
merahsiakan {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa
yang diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun}
dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu
dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang
merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan
takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan
kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih
cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk
Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami
yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
5. Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan
pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari
bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang
merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak
merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan
sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan
kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan
tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai
pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa
Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang
ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia
menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan
dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat
tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka
terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam
kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai
Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa
ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak
sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan
yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang
Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah
meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua
peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu,
belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar
kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan
melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan
hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah
mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah
darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan
akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke
Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan
Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah
engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala
bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan
melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada
dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada
Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir mereka
akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku
sendiri, iaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku
meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir
itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih
cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah
hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui
Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun
dengan diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir
akan diseksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar
serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan
Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid,
meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap
yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan
dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga
ayat 35 surah "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha"
sebagai berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh
seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan
membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku,
maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan
{perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku."
35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami
berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat
mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu
berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash :
33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa
ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati
batas. 44.~ maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~
Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa
ia segera menyeksa kami atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah
berfirman: "Janganlah kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta
kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua
kepadanya {Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah
utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah
kamu menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan
membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu
dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
6. Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun
yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa
rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja
pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula
oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya
Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa
menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar
engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa
dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah
engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan
tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu,
mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan
bukankah engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp
golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan
kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa
menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku,
itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku
ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala
engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki
yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan
sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan
selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan. Sedang
mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan
syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu
rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku
setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan
hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya.
Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas
perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan
meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu,
hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah
dan dipuja?"
Musa
menjawab: "Ya, iaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru
sekalian alam."
Tanya
Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa
menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara
langit dan bumi."
Berkata
Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang
berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini
adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan
Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan
kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi
petunjuk kepadanya."
Fir'aun
bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak
mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala
dan patung-patung?"
Musa
menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah
menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena
kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan
yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat,
maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya.
Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan
yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa
yang diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya
sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya
dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau
mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam
penjara."
Musa
menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat
memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan
bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika
engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana
dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga
ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara
{keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara
{keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat
sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk
golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku
telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang
khilaf. 21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada
kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku
salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan
kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani
Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa
menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya
{itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak
mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu
yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". 28.~ Musa
berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di
antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29.~
Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku
benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".
30.~ Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku
tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah
termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
7. Musa mempertunjukkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya
Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang
segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke
Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan
diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu
selama lapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian
dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa hairan dan
takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya,
lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku
bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya,
bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang
yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun
sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan
mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun
kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada
kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu
bahwa itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun
adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir
dan para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman
agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli
sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding
melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa
itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan
kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran
itu lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit
pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan
ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah
ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan
antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang
dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan
hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke
tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian
menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah
berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan
dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan
lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh
kepandaian mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji
dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila
berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing
pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang
telah duduk di atas kerusi singgahsananya maka dinyatakanlah
pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para
lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah
ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan
tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika
terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan
ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba
utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu.
Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah
engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul
dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu
segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang
ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan
menelan ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir
mrk. Mrk segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah}
dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami
kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatuyang digerakkan oleh
kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka
tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn
beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan
dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan
dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah
dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah
kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada
kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu
dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan
terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta
prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada
Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?"
Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah
kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni
sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang
kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam
menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan
kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma
sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh
tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman
sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang
menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk
sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan
yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan
dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya
tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata
mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat
bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu
sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus
megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang
benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak
putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini
sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara"
ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat
itu {menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya}
maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang
yang melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di
sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab:
"Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri
orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan
mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu
dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang
maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu
sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk pun
bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang
besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab:
"Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi
orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa kepada mrk:
"Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk menjatuhkan
tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi kekuasaan
Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~ kemudian
Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu
yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir
sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada
Tuhan semesta alam , 48~ iaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~ Fir'aun
berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi
izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar
sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui
{akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu
dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka
berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan
kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa
Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah
orang-orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
8. Fir'aun tetap berkelas kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua
mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan
ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia
khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam
keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan
pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar
dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah
engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan
meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang
menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita?
Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh
oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan
tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi
perhatiku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang
kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan
pengaruhnya di kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin
bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup
masyarakat negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi
kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan
bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan
hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan
kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam
ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat,
mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim
itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka
terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada
Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak
dpt berbuat byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan
teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya
kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan
yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan
bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan
pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan
mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan
bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan
kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang
belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun
terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun
drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu.
Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat
terhadap risalah Musa.
Karena
sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak
berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi
Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat
menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan
selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, iaitu dengan
membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar
kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara
mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun
yang merahsiakan imannya.
Di
tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam
pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan
Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya
terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak
berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia
menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan
hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata
untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia
seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat
dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya
akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan
dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab
Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata:
"Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak
mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan
menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap
orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku
khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang
benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan
seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum
Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang
telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan
kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman
terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku
khuatir kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak,
di mana kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat
menyelamatkan kamu itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku,
aku hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar.
Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan
sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di
akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap
Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan
menggunakan kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi,
lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang
telah dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka
sendiri.
Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar
meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat
mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan
mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala
ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak
mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai
kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu
untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur
kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui,
sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha
Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat
diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan
menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun di akhirat. Dan
sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi
pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang
orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan
api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku ini. Kamu
akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna
lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah
dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah.
Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan
hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat
127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat
33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada
Fir'aun}: "Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat
kerusakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta
tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki
mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan
sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata
kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah
sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah dipusakakannya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik adalah
bagi orang-orang yang bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata: "Kami telah
ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu
datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh
kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat
bagaimana perbuatanmu." { Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara
pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah
kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan "Tuhanku
ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa
keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta, maka
dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang
benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada
hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita
dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak
mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar." 30~ Dan orang yang
beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan
ditimpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran} golongan yang
bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan
orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku, sesungguhnya
aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~ {iaitu}
hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu
seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang
disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi
petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan
itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki
mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai
kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi
kamu menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur
kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui
padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku
{beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik di
dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada
Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah
penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan
kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah memeliharanya
dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung
oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
9. Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il
kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan
terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi
Musa yang semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam
pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata
Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh
Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin
tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan
biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan
melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang
sudah diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan
kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah
kamu melihat bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini
di mana sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai
yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan
tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang
bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang
hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan
maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas,
sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin
atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah
pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan
serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta
menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya
sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap
Tuhannya.
Dalam pd itu
kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun dan
pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya,
mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya
terhadap kaum Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan
imannya karena ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya
yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa
kepada mrk bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus
melakukan kekejaman, kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan
berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada
mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb
dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami,
engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup,
harta kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua
itu mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan
yang Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak
akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat
seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh
Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan
makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat
mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang
ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan
siap untuk diketam.
Belumlagi
krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang
besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga
menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan
binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu
berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan
masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah
barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam
rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan
kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya
binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan
di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda
berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi
kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas
mereka dengan perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani
Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar
dari azab bala itu.
Akan tetapi
begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan hilanglah gangguan yang
diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan kembali bersikap
memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah
karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha
mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah
"Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan
89 surah "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf"
sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku
membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena
sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan
kerusakan di muka bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai
kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah}
sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak
melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan
yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak
dipakaikan kepadanya gelang emas, atau malaikat datang bersama-sama dia
untuk mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan
perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka
itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta
kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka
menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak
beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu
tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu
mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88
sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan}
kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan
buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila
datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana
{usaha} kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab
kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta dengannya.
Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah,
akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk berkata
kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk
menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan
beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka
taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi
mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan
ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun berkata:
" Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan}
kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika
kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami akan beriman
kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu." 135~ Maka
setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga batas waktu yang mrk
sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135
}
10. Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan
kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah
pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar
bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan
mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka
datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka
dari Mesir.
Kemudian
bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa
meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan
cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang
mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar
di tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang
pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa
dan Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang
dari belakang mrk dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan
berusaha mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi
bahwa bila mrk tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima
dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah
salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai
Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang
mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa
sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari
kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas,
perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang
akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh
yang zalim itu."
Pada saat
yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar
ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang
sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar
memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah
laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di
antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah
mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum
Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan
selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri
jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali
rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi
Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang
menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena
takdir Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang
tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka
bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan
terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar
orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt
melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa
perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia.
Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang
harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya
turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering
itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang
sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang
telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di
tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya,
tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi
jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang
memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah
mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup
Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi
generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk
menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya,
berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan
Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri
kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah
Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru
sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri
kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari
maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang
hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap
hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah
manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang
pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan
datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi
peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan
kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan
oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia
luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai
tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk
menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun
sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup
namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir
oleh mrk tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun
sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas
perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan
menindaskan serta memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat
dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya
terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang
Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di
pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh
sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi
cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat 77
sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah "Yunus"
ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah
kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah
untuk mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan
tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan
bala tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang
menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak
memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu
matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat,
berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan
itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan
itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan
orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan
golongan yang lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan
mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang
Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk
diikiti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan
menindas {mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam
berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
dipercayai oleh Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri {kepada Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya}
padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk
orang-orang yang berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang
yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
11. Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari
Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di
bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari
kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa
itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan
tekunnya. Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk
kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang
disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka
itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti
akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu
selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan
menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan
mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu,
Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja
kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta
bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai
di mana panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau
bangunan di mana orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi
Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh
Allah di atas mereka awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di
bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan
makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi
keperluan. Allah menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan
yang manis sebagai madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan
diiringi firman-Nya: "Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang
Kami telah turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh
kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering
itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya.
Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk
dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing
suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan
airnya.
Bani Isra'il
pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas
apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan mereka
dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan
makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan
tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah
menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa
sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah
karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi
Musa: "Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya
sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan
kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat
apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta."
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam
surah "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah
"Al-Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu,
maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah
berhala, mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami
sebuah tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan
{berhala}". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak
mengetahui {sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan
dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka
kerjakan. 140~ Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu
yang selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas
segala umat". { Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika
kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu".
Maka memancarlah drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku
mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas
mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami
berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan
kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu
menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
boleh sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, iaitu sayur-mayurnya, ketimunnya,
bawang putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata:
"Mahukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu
minta." { Al-Baqarah : 61 }
12. Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi
Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi
mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang
akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka
bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus
melakukan persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab
suci itu mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram,
perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah di samping
perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan
murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang
telah tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah
agar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan
risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk
itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan
Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi
kesempatan bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang
diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia
harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa
segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau
kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah
daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh
malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat
itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu
untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap,
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah
lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu
itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari
sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara
pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi
Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan
selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat
yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina
mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia
ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri mendahului
kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di belakangku,
wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai
redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku,
nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah
berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat
bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi
Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi
tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah
seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan
bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya
itu dan berkata:
"Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan
terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman
kepada-Mu."
Dalam
kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci
"Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut
sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara
terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan
yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan
firman-Nya: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih
dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan
menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu
keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka
bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada
apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu
terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke
jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan
akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi
perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di
tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat
83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana
berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?"
84~ Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~
84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat}
sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam
itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada
saudaranya, iaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan
perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami}
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung}
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau}
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu
sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka
jika ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat
melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu
menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka
setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman." 144~ Allah
berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia
yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara
langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku
berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat}
segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142
~ 145 }
13. Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di
bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih
lama dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk
berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah
Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat
puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya
kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama
drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan
Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel
dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah
meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu.
Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi
bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan yang
tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu,
digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil
menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi
Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri
yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak
dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar
mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan
akidah pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran
tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan
pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang
dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para
wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa
sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati
yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il
pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan
persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah
bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini
tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun
kamu ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan
menyembah pada sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi
Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu
dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai
tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang
telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka
dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara
mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga
dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti
kedatanagan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan
Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang
menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami
oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati
tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta
mengelilingi anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya.
Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya,
kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun saudaranya
dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa
yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena
oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku
dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin?
Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk
dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan
api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku,
janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku.
Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun
mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah
dan mengancam akan membunuhku. Aku khuatir jika aku menggunakan sikap
dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di
antara sesama kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan
sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira
melihat perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah disamakan aku dengan
orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali
ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang
menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri,
apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga
mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari
emas itu?"
Samiri
menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku
telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah bekas
jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang
mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak,
mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa
nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah
pergaulan manusia sebab karena perbuatan kamu ituengkau harus
dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau
menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam panas. Ini adalah
ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu.
Dan tuhanmu yang engkau buat dab sembah ini kami akan bakar dan
campakkannya ke dalam laut."
Kemudian
berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah
buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah
engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang
buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu
dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa
beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran
Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian
perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak
lembu yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan
menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa
besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak
lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan,
Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia
menunjukkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya
kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah
disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan
merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa
beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah
ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada
Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu
pihak dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi
tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun
dan disusun sebagaimana asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa
agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas
dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh
orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi
bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa
kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa,
mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan
berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit
Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi
seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke
dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud
terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan
Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk
melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar
percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak
akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan
sebagai jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan
ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang
menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok
tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara
kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka
seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan
tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan
kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah
dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup
yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan
mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan
kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka
seakan-akan orang yang baru sedar dari pengsannya. Kemudian pada
kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan
berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka
melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang
dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran
dalam banyak tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98,
surah "Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55,
56, 63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri."
86~ Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa
yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?" 87~
Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan
kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari
perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula
Samiri melemparkannya." 88~ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak
lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu
dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak
memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan
kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan
tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada
mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi
cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang
Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka
menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa
kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi
kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu tidak
mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?"
94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku
dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan
berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu
tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang
mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku
mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil
segenggam aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah
nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya
bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan :
Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di
akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah
tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan
membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam
laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah
Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala
sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari
mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya
jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni
kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang
di antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali
luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan
rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih
tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami}
pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa
bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau
telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di antara
kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu
siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang
Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan
berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena
itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah
itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." {
Al-Baqarah : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan
Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah
selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu
berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia
Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." {
Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
14. Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat
tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum
Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam
yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya.
Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan
Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada
di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna
dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi
dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan
kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul
yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang
tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap
perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah
tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin
kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah
kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka
membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan
mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut
anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak
dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak
mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya
mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan
tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada
Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku
Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan
kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang
kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan
mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini
sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik
pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak
mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi
ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana
mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan
hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada
mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp
kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu,
berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain
diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang
yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana
hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki
Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh
tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi
Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam
kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul
generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang
telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam
surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :~
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya
kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara
umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi
orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam
negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak
sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka
keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di
antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota}
itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang
beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu
pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya
kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku,
aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu
pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah
berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas
mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan
berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu bersedih
hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah : 20 ~
26 }
15. Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh
Allah kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan
sebutan sapi Bani ISra'il.
Dikisahkan
bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang kaya-raya
memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah
wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara
sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta
peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya.
Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak
memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari
peninggalan bapa saudara mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh
saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan
yang besar itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang
tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan,
bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh
seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana
iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap
tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan
pembunuhnya.
Utk
keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera
menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan
dengan lidah sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang
dengan izin Allah akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya
yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah
itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak
dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa
bahwa Allah telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui
mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat
dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat
yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata
mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang engkau
usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan
tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu
adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau
jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta
warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami
sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih
itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk
membajak tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada
belangnya."
Kemudian
dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi
yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim
piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan
ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak
yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun
yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah memohon
perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan
warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah
yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang
berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan
oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu,
diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat,
yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah,
menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah
dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah
mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il
yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat
menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau
mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada
dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas,
terdapat dalam surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana
tersebut di bawah ini :~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka
berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa
menjawab: "Aku berlindung kepada Allah drp menjadi salah seorang dari
orang-orang yang jahil." 68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu
untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu?
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu
maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua
warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk
berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi
itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat
petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah
dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada
belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat
sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir
saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika
kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan
kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu
tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
16. Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani
Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan
kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada
mereka yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah
yang tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi
Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat
Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para
hadiri bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini
paling pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah
tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan
daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya
berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani
Isra'il? Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang
telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh
kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi
yang dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang
belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata
Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu
itu adalah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah
seorang rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan
seseorang, nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih
alim daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada
diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang
hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh
yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi
tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat menjadikan
sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan
mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di
atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi
mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan
mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan
kepadanya."
Allah
berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang
dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana
engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan
menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk
perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para
pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di
antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan
petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat
menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada
teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya
bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua
lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya,
tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi
lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik,
membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui
melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa
terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang
tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak
jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa
penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya
karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk
mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat
ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah
dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala
engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang
berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air
hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan
kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh
syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita
itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat
bertemu dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya':
"Inilah tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang
kami cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi
tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba
mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat
seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan
iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan
pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata
salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab: "Aku
adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani
Isra'ilkah?"
"Betul",
jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku
adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang
mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang
aku cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata
kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan
bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai
muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi
Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat
menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan
mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak
seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya
adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan
berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil
menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan
menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang
yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk
daripadamu."
Berkata
Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan
berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului
bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau
harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan
tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu
salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran
bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir
perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang
berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa
mengikutinya dalam perjalanan.
Pelanggaran
pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di
tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi
Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar
mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah
mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi
layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua
orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada
orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur
dengan lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat
Al-Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya.
Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan
bagi milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa
akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau
telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi perahu
ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan
perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan
kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan
menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah
katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat
tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa
berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri.
Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan
maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat
yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat
dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang
bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh
Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan
dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan
Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak
yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa
adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi
kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir
melakukan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya
berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak
berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan
keji."
Al-Khidhir
menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu,
bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah
Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi
lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau
memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji
terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah
perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin
beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat
perjalanan jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat
tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar
mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa
yang memang terkenal bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka
memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa
kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu
mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera
AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara
spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin
ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan
pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat
istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya
engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan
upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum
kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami
berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu
kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku
berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang
engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah
hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera
yang kami tumpangi itu adalah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari
pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di
belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang
fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup
mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu,
si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera
itu yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada
lahirnya adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah
menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan
menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu.
Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan
bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal
yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan
dengan matinya anak itu Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh
dan berbakti kepada mereka berdua."
Sedang
mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu
adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang
anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan
Allah menghendaki bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya
itusampai ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai
dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka
yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang
tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan
melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku
sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi"
ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~ Dan
{ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti
berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke
pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka
berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari
makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita
ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang
ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali
syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan
seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~
dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata: "Insya-Allah
kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata: "Jika kamu
mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa
pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~ Maka berjalanlah
keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya.
Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu
menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah
katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar bersama dengan
aku." 73~ Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku
dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku," 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya
berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata
: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~
Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata:
"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah
cukup memberikan uzur padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala
keduanya sampai kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu
tidak mahu menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada
dinding rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu.
Musa berkata: "Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk
itu." 78~ Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan
kamu kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah
kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan
merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua
orang tuanya adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan
mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan
kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak
lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih
sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan
dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang
yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri.
Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
17. Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya
yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta
benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu
mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah
khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2
para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti
khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan
menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar
biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya
sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya
melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan
duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas
dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi
khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak
akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki
segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian
seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah
dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa
dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam
hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya,
memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah
melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia
menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir
miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan
lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia
perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan
beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang
dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau
menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki
yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan
kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan
oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak
mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena
kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat.
Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan
kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan
diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu
bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya
dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan
kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan
harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa
terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para
fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan
pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun
makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan
kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan
pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu
lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi
dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu
,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah
imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan
berkata: "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang
telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah
bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan
melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai
rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara,
orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa
pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara
sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan
kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya
didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah
mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada.
Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada
bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang
melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan
menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa
kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama
barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala
kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah
memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga
menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan
fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau
telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat
itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban
berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia
adalah perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan
semestinya.
Quran tidak
dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah
berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan
berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus
dizakatkan dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus
dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari
khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan
dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun
mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun
yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Utk
menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat,
Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang
agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak
kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa.
Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan
penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa
perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus
terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya,
Qaru bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku
didepan umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan
tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang
diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu
untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan
kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan
bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad
baik dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang
mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat
merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara
hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang
tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu
berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang
sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya
yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah
yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa
terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan
gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan
kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua
milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa
yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah
dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:
"Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan
kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami
inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika
kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa binasa
baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari
nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash"
ayat 76 sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku
aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah
orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya:
"Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan
berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan.
78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang
ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh
telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan
lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada
orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah
Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar
mempunyai peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah
dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak
diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami
benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia
termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah
orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
"aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan
kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita
{pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari
{nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang
mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
18. Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah
pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan
serangan dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa
Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan
kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu
waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat
Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang
berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil,
mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat mereka yang
bernama "Tabout", iaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari
banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il.
Mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat
menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi
musuh. Maka karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu
untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa
berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya
Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan
berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana
binatang ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak
mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat
mengikat mereka di bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah
satu komando bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh.
Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan
kepada mereka dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai
jika timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara
penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling disegani dan di
hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar dan nasihat-2nya
selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang
merasa sedih melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai
berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari
negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan
benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa
mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan
mempunyai kekuasaan sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan
seterusnya menjadi panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik
kelemahan serta sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak pada diri
mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur
melawan musuh bila kepadamu diperintahkan untuk berperang menghalau
musuh dari negerimu."
Mereka
menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan enggan maju
bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari
rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu
hal yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam
keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang
melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan
maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami
akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa
sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami
semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian
pula keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan
membimbing kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah
memohon pertolongan Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan
layak menjadi raja bagimu."
Di dalam
istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah, agar ia
memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja
Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau
mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang
akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya
dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat
dan berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui
bahwa ia adalah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati
yang tabah dan berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa
yang agak terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia
hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu
hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah
ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2
peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang
bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2
di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang
terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir
ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya
mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah berada
di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami
pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan
petunjuk kepada kami di mana kiranya kami dapat menemukan keldai kami
itu. Ia adalah seorang nabi yang menerima petinjuk dari Tuhannya melalui
para malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib
yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout
menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju
tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada
beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi:
"Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2
meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia
sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu."
Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan
keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri
memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout
segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang,
berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk
memohon pertolongan iaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan
petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah
terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya
walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah
ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja
pemimpin dan penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai
yang engaku cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke
kandangnya di tempat ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan
ributkan dirimu dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu
dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari
soal keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani
Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah
kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang
menyerbu dan menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan
menyertaimu memberi perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan
dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan
pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin
yang paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani
dan penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata
Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih tahu pada
siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan
dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu. Bersyukurlah
engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci ini
dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan
perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan Thalout,
diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai
kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi
rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu
dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat
kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang
komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan
bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il
mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja,
tercengang dan terkejut dan dengan mulut ternganga mereka melihat satu
kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka dari wajah Somu'il ke
wajah thalout yang menandakan kehairanan dan ketidak-puasan dengan
pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang
seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang ialah yang
akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan seorang raja
bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti
Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang
yang miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya
terbatas didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang
menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda"
yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak
memiliki pengalaman dan kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja
untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih
sahaja seorang drp mereka yang berada di kota yang pandai-pandai,
berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh
kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan
kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan,
kecerdasan berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam
dir Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap
dan kekar serta paras muka yang tampan yang memberi kesan baik bagi
orang-orang yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia adalah pilihan
dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal
hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain setelah
Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan
kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam
kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami
tentang diri Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang dapat
menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il
menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan tabiat kamu
yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati tetapi di
kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu
rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui
pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan
kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh
bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh
malaikat. Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan
ditemuinya kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan
orang-orang Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai
raja mereka dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta
mematuhi segala nasihat dan perintahnya.
19. Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan
sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda
dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera yang akan
mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun
bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai
tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga
dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan
tenaga bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri
mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian
untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya
yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout
berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya
matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu
minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat
kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya
barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk
tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang
pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya
dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan
menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang
dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang
berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian
yang besar tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka
dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun
telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota
tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju
ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin
sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan
mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang sudah
ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang
terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air
sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk
menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi
musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh,
sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar
disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan
melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan besar-besar
dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih besar
di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout,
panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani,
cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang
berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah
menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan
Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan
sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini.
Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada
pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang
kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi
Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih
lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan perang mengikuti
Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari para
penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka
melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang
bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka
dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada kawan-2nya
kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh.
Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan
fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami
tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak
menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil
jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila Allah mengizinkannya dan
memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang
yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok
pengecut yang ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang,
Raja Thalout terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada
Allah memohon pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah
kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran
dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima
besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang
pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang
Berulang-ulang ia berseru dengan suara yang lantang agar pihat
Thalout mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan
bertarung namun tidak seorang pun keluar adri tengah pasukan Bani
Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan oleh
Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam
oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur
sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah
diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang
sedang memandang satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati
masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat maju membungkam
,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada
saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan,
bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan
kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar menyambut
tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah
menawarkan dirinya untuk bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang
dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak ada
yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang
berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout dengan cermat
memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk
memberi izin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak
membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke
medan perang dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar
hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan
tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia
melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang
masih muda itu bila ia akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout
yang tidak pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat
menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya
bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau
terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan
engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena yang
menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan
kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan
hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang
menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang lalu
aku telah berhasil menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia
hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang
seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat
mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan
faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan
hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai
perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam
setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati
yang ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan
keras ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia
dapat mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk
melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya
dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh
anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju
besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia
menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan
senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan
sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung
dengan hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout
yang bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu
menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku
beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka
itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu, keluarlah
ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di mana Jalout
sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak
mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak
bertanding dengan dia adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan
pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah,
dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang
engkau bawa itu."Utk mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak
yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya
engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang
belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak
belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan
nyawamudalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat
bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi
bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang
tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus
dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il
yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau
sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri
hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut
nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat
mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya,
melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika
itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua
matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang
pemuda hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan
nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah
suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il
menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan
kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat
tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri
tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan
Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri
serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah
kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah Nabi Musa,
iaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk
kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di
jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti
diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`." Mereka menjawab :
"Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya
kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?"
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling,
kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab:
"Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah
telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan
tubuh yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia
akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~
Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata:
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di
antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa
tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan,
maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk
melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka
akan menemui jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan
Allah berserta orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan
tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera
Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam
peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan
kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout}
serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." {
Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
20. Beberapa Catatan tambahan
*** Pemuda yang menurut cerita yang telah bertanding melawan dan
mengalahkan Jalout dan berhasil membunuhnya adalah Nabi Daud,
sebagaimana ditegaskan dalam ayat 251 surah "Al-baqarah".
*** Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit
bernama "Nabu", di mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah
suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai memasukinya.
Posting Komentar